Tuesday, February 21, 2006

orang cantik

Orang cantik di sini tuh ada 2 macem (di mana-mana juga sih, ga di sini doang, cuman gue baru nyadar pas tinggal di sini). Yang satu, cantik make-up. Jadi pake kosmetik tebel-tebel, makanya muka bisa berubah total jadi cantik. Tapi kalo baru bangun tidur (atau ga sempet dandan) duilehhhh... mukanya jadi beda bo! Jadi keliatan tua gitu. Contohnya ada pada artis-artis terkenal.

Tipe kedua itu cantik alami. Ga usah dandan macem-macem udah cantik dari sononya, atau make-up tipis natural aja udah cukup. Jadi walopun pake atau ga pake kosmetik, tampangnya tetep sama ga berubah. Buat gue, tipe kedua ini lebih sedep dipandang mata, rasanya fresh menyegarkan aja (apa sih???) Tapi sayang, bule-bule sini rupanya hanya sedikit yang mengerti konsep cantik alami.

Nah kalo gue ini termasuk tipe yang mana? Karena gue jarang dandan (kesehariannya ga dandan), tapi tetp kiyut dan manis, maka gue termasuk tipe yang kedua dong. =P

Gimana pendapat lo soal dua konsep cantik ini? Setuju atau ada komen yang laen???

Friday, February 10, 2006

a short fiction

I was browsing through an old floppy disk when I found this file. This is a short story that I made a few years back, inspired by the two great AC Milan's soccer players Alessandro Nesta and Ricardo Izecson dos Santos Leite (Kaká), and a cute little son of another great Italian soccer player Fabio Cannavaro (the son's name is Christian). I made this in Indonesian, and I don't think I can translate it in English since it won't preserve the true meaning of the story. I'm really sorry for those of you who can't understand Indonesian.




HADIAH YANG TEPAT

Entah sudah berapa lama aku berdiri di pinggir kolam itu. Rasanya baru beberapa hari lalu aku bersamanya di tempat ini, tetapi kalau diingat-ingat, sepertinya aku salah. Waktu itu aku bukan bersama Kaká, melainkan bersama Christian, adik angkatku yang lucu sekali. Saat itu aku sedang main dorong-dorongan dengan si kecil hingga kami berdua jatuh ke kolam, dan kodok-kodok pun berloncatan karena kaget. Kemudian ia datang, menolongku untuk berdiri. Bukan, ia bukan Kaká, ia adalah ksatria lain yang saat itu belum kukenal. Itulah awal pertemuanku dengan Nesta.

Enam bulan telah berlalu sejak kejadian itu. Sekarang, aku telah mengenal Nesta dengan baik, sama seperti aku mengenal Kaká hingga ke ujung hatinya. Mereka berdua berbeda. Kaká begitu baik, dengan wajah imut kekanakan yang terlihat sangat tak berdosa. Sedangkan Nesta sangat tampan dan gagah, dengan berbagai keisengan yang membuatku kesal tetapi rindu. Namun, dalam semua perbedaan itu terdapat satu kesamaan yang tak bisa dipungkiri lagi: mereka punya sesuatu yang sangat aku inginkan.

Aku benar-benar dihadapkan pada suatu pilihan yang sulit. Sudah sekian lama aku berpikir di tempat ini. Ternyata, memandang air kolam yang jernih pun tetap tidak bisa menjernihkan hati dan pikiranku. Bagaimana ini? Padahal besok telah tiba saatnya. Mereka sudah menunggu jawaban yang tegas dariku.

Kuputar kembali semua memoriku, dari awal hingga akhir. Kupikirkan semua sisi baik dan buruknya dari masing-masing pilihan. Hingga akhirnya aku sampai pada sebuah keputusan. Ya, aku telah memilih yang kurasa adalah pilihan terbaik untukku.

Hari penentuan pun telah tiba. Kami bertiga duduk di pinggir kolam, tempat pertemuanku dengan Kaká maupun Nesta untuk yang pertama kalinya. Aku tahu mereka berdua merasa gugup. Begitu juga denganku. Dengan segala keberanian kucurahkan isi hatiku. Aku meminta maaf pada Nesta. Bagaimanapun juga, setelah kupertimbangkan matang-matang, kodok milik Kaká yang lebih baik.

Kodok milik Kaká berwarna kebiruan. Agak gendut memang, kakinya gembil-gembil, tapi terlihat sangat unik. Kodok milik Nesta sebetulnya juga tak kalah bagusnya. Warnanya hijau muda cemerlang. Sangat gagah, seperti pemiliknya.

Christian hobi sekali memelihara kodok. Sudah 14 kodok ia punyai. Sebentar lagi ia akan berulang tahun. Maka aku pun ingin membelikannya kodok baru agar ia senang. Kaká dan Nesta sudah lama menawarkan kodoknya padaku. Aku suka keduanya. Namun uangku hanya cukup untuk membeli satu, jadi aku harus memilih salah satu. Berhubung aku tergolong remaja yang masih berkembang, aku harus menyisakan sebagian uang untukku sendiri. Maka aku memilih kodok milik Kaká, yang harganya relatif lebih murah.

Kuberikan hadiah itu pada hari ulang tahun Christian. Melihat kodok barunya Christian berteriak kegirangan. Karena kodok itu dibeli dari Kaká, maka kami memutuskan untuk memberinya nama Kuká. Kulihat Christian gembira sekali dengan hadiahku itu. Lega sekali rasanya telah mengambil pilihan yang tepat. Christian senang, aku pun juga senang.


Tugas Bahasa Indonesia dari Bu I: membuat cerpen.
Dibuat pada tanggal 16 Februari 2004, dan dibacakan di salah satu kelas SMU di Indonesia pada tanggal 18 Februari 2004.
Diketik ulang dengan sedikit perubahan pada tanggal 24 Juli 2004.

. . . Pei . . .




So damn funny, isn't it? Well, at least for me. I won't forget my classmates' reaction when the story was being read. They were all teasing me during the first half of the story and I just pretended to be embarassed. It was so hard trying not to laugh. When it came to the 'right moment', everyone was like 'WHAT!????' and after that we laughed so hard all the way until it was finished.

Boyoboyoboyoboy o boyyyyyyyyyyyyy, I think that's the best story I've created so far. I never received such a great response from anyone before, so I'm very satisfied with this masterpiece. There is another long story that's quite good. It was used as a storyline for a comic. The images were drawn by Himiko-chan and Kuroineko. Too bad I couldn't finish it becoz I got final exams for junior high graduation and then I moved to senior high (they were younger than me so they were still in junior high).

Anyway, I didn't expect the short story would turn out to be this great. When the fiction writing assignment was given, I didn't have any idea what to write. But when I reached home, I enjoyed writing it so much till it came to an end. Guess what? I was the only one who finished the assignment by the due date. Since I had finished it, everyone had to finish their own story too. Hehehehehe... Sorry everyone!!! Actually Mrs. I wanted me to make the sequel, about my relationship between Kaká and Nesta after that, something like whom I chose at the end. But then... I just couldn't imagine I was with either one of them. That's a 'too far away' dream. And she wouldn't give me any extra credits anyway =P So be it... Let it end there...