Monday, August 28, 2006

saat menunggu penerbangan yang tertunda

Kala hati sedang bingung,
Siapa yang mengerti?
Kalau hati sedang galau,
Siapa juga yang akan mengerti?

Kala semua tak pernah merasakannya,
Apa mereka bisa mengerti?
Kalau pun ada yang pernah merasa,
Apa aku mengerti?

Bingung, aku benci!
Mau bertanya pada siapa?
Manusia-manusia terlanjur mengecap jelek
Buruknya saja yang digosipi

Kenyataannya, sisi baiknya apa kelihatan?
Kalau aku berkata begini, mereka bilang begitu
Tak percaya pokoknya!
Kapan dong aku bisa diyakini?

Susah memang kalau punya kepribadian ganda
Satu begini, satunya begitu
Mau begini, maunya begitu
Terus gimana dong?

Ikut setan, atau ikut malaikat?
Ikut kata hati, atau ikut kata pikiran?
Kalau boleh, aku pengen jadi diriku sendiri
Yang bebas lepas, tanpa dibebani omongan-omongan nyasar

Tapi, emangnya bisa???

Di sebuah airport saat menunggu penerbangan yang tertunda, 24 Agustus 2006

Menunggu Bintang Jatuh

Aku berdiri di tengah keramaian
Suara melintas di sana-sini
Namun apa yang kurasa?
Sepi, sepi aku sendiri

Aku berlari mencari langit
Berharap melihat seberkas cahaya
Namun di manakah engkau bintang?
Yang kudapat hanya kelamnya malam

Dunia, mengapa kau permainkan aku?
Di saat kucari, kau pergi
Di saat kudiam, kau tak datang
Apa maumu?

Kau yang begitu mudah mengatakannya
Namun segera hilang terseret angin
Lalu apa itu teman?
Apa itu cinta?

Meteor, melintaslah!
Ku kan selalu menunggu
Jadilah setitik harapan
Berikan aku teman sejati

2004